Tahun 1970an, di sebuah persawahan rakyat Desa Kutu Wetan Kecamatan Jetis, ada satu tempat yang tak diolah. Tempat itu ditumbuhi rumput rimbun dan dikelilingi pohon suru. Orang sekitar menamakan tempat itu Suru Kubeng.
Selain karena di kelilingi Pohon Suru, yang kini telah di babat dan bersihkan, tempat itu diyakini oleh masyarakat setempat merupakan petilasan dari Demang Surya Alam. Yakni seorang Senopati atau prajurit Majapahit, yang memiliki kesaktian luar biasa.
Menurut Mbah Jito, Juru Kunci Petilasan Suru Kubeng, Tempat tersebut memang di yakini masyarakat sebagai petilasan Padepokan Suru Kubeng milik Demang Surya Alam. Ditempat itu dulu murid-murid Suru Kubeng di dadar, di ajarai ilmu kesaktian oleh Demang Surya Alam,” tuturnya.
Maka tempat tersebut dulu terkesan angker. Kemudian, dirinya terpanggil untuk membersihkan rerumputan. Karena, tempat tersebut berada disekitar tanah sawah milik keluarga Kakek dan Neneknya.
Pada tahun 2002, Mbah Jito dengan uang dan kemampuan keluarganya kemudian membangun tempat tersebut. Harapannya biar bisa agak bersih. Dan orang yang mau berdoa dengan agama dan kepercayaanya bisa tenang. Kemudian ia tanami beberapa pepohonan. “Sehingga nampak rindang, seperti sekarang,” tambahnya.
Mbah Jito beranggapan, bahwa Suru Kubeng itu adalah sejarah tua, yang ada sebelum Kota Ponorogo berdiri.
“Dan kita juga tahu Permaisuri Ponorogo, juga Putri kesayangan Demang Surya Alam,” terang Mbah Jito.
Karena itulah, Mbah Jito berharap agar generasi muda tidak mudah melupakan sejarah. Dengan demikian generasi bisa mengenal lebih utuh perjuangan para pendahulu.
Sampai sejauh ini, peziarah tidak sedikit yang datang Ke Suru Kubeng dari berbagai Kota. Kebanyakan mereka datang, untuk berdoa kepada Tuhan, agar memiliki kedudukan dan pangkat.
“Banyak calon Lurah, Calon Legislatif dan bahkan Calon Bupati dari berbagai daerah, berdoa mohon kanugrahan dari Tuhan di Suru Kubeng. Dan Hajat mereka juga banyak yang berhasil,” terang Mbah Jito. (Kominfo)