Anak Bakul Tempe Jadi Paskibraka Ponorogo

BANGGA dan gembira namun tidak pernah menyangka. Perasaan inilah yang mengharu-biru di dada Soleh Solehah dan Muhibin, warga Jalan Tribusono Kelurahan Cokromenggalan, Ponorogo. Putranya, Salman Al Farisy terpilih sebagai salah satu anggota pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskiraka) Kabupaten Ponorogo 2019.

Bagi suami istri yang sehari-hari membuat dan berjualan tempe ini, lolosnya Ayes, panggilan akrab Salman Al Farisy, dalam seleksi Paskibraka Kabupaten Ponorogo adalah yang mengejutkan. Betapa tidak, kata Muhibin, sang anak tidak pernah terlalu memperlihatkan minatnya dalam kegiatan yang penuh kedisiplinan seperti Paskibraka.

“Benar-benar tidak menyangka. Kalau disiplin ya begitu itulah. Yang jelas dari shalat saja tidak pernah tertinggal. Yang lainnya ya biasa saja, normal,” ungkap Muhibin kepada ponorogo.go.id usai Pengukuhan Paskibaraka Ponorogo 2019 di Gedung Sasana Praja, Kamis (15/8/2019) malam.

Salman Al Farisy spontan bersujud di kaki ibundanya usai Pengukuhan Paskibraka Ponorogo di Gedung Sasana Praja, Kamis (15/8/2019) malam.

Bagi sang ibu, Ayes yang sudah kelas XI di MAN 2 Ponorogo layaknya bocah kecil yang memang selalu harus diarahkan. Ia masih harus berkali-kali ‘mengoceh’ mengingatkan ini dan itu yang harus dilakukan oleh Ayes dalam beraktifitas sehari-hari. “Jadi ya sama dengan bapaknya, nggak nyangka kok terpilih,” ungkapnya.

Memang, ia langsung memberi dorongan dan motivasi kepada Ayes untuk mengikuti seleksi. “Selama positif, saya dorong apapun kemauannya,” ujarnya.

Salman Al Farisy saat menerima ucapan selamat atas Pengukuhan Paskibraka Ponorogo dari Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni di Gedung Sasana Praja, Kamis (15/8/2019) malam.

Lalu harapannya terhadap Ayes? Muhibin dan Solehah tidak muluk-muluk. “Seperti ibu bapak lainnya ya. Pengine ben bocah ki dadi pinter, bener, bekti sama orang tuanya. (Inginnya agar anak ini jadi anak yang pintar, baik dan berbakti kepada orang tuanya),” tutur Solehah.

Soal bangga, keduanya kompak menyatakan perasaan itu jelas membuncah di dada. Sebab Paskibraka adalah representasi orang-orang disiplin yang mampu ditempa menjadi pribadi yang berkarakter. Orang-orang yang memiliki modal awal untuk menjadi pemimpin-pemimpin bangsa.

Ya, meski ayah ibunya hanya bakul tempe di pasar, tapi Ayes mampu membuktikan ia tidak memiliki ‘mental tempe’. Ayes sejauh ini telah mampu meyakinkan mata banyak orang bahwa ia adalah pribadi yang disiplin dan tangguh. Ayes membuktikan anak bakul tempe juga bisa jadi Paskibraka. (kominfo/dist)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*