PETANI di Ponorogo bakal semakin pintar. Salah satunya dengan menerapkan teknologi cerdas dalam dalam bertani. Setelah menggunakan alsintan atau alat mesin pertanian, mulai awal September ini, para petani di Desa Ngabar, Kecamatan Siman, Ponorogo, mulai menggunakan sensor cuaca dan tanah untuk mendukung pertaniannya.
Pemasangan alat sensor cuaca dan kondisi tanah yang bisa dilihat analisisnya melalui smartphone ini dilakukan pertengahan pekan lalu. Sejumlah petugas dari Kementerian Koordinator Perekonomian RI bersama staf dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Malang memasang satu buah alat tersebut sebagai bagian dari program smart farming. Lokasinya di area persawahan di Desa Ngabar.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo Andi Susetyo, Senin (8/9/2019) menerangkan, alat tersebut bisa terhubung ke telepon genggam dan dilihat hasil deteksinya melalui sebuah aplikasi.
Sensor cuaca dan tanah dipasang di Ngabar.
Dengan alat ini, petani bisa mengatahui kondisi cuaca seperti suhu, kelembaban dan kecepatan angin serta kondisi cuaca lainnya. Sedangkan untuk tanah, bisa diketahui kandungan atau unsur kimia yang ada di dalamnya.
“Dengan demikian, petani bisa betul-betul memprediksi dan mengantisipasi kondisi yang terjadi. Misal, pupuk harus berapa kadarnya, pupuk yang apa yang harus ditambah, bagaimana kalau lembab dan sebagainya,” ungkapnya sambil mengucap terima kasih kepada pihak Kemenko Perekonomian dan BPPT yang mengadakan program pemasangan alat sensor ini.
Dikatakannya, pemasangan alat tersebut dalam rangka smart farming untuk meningkatkan produktifitas pertanian dengan menekan biaya produksi. Sensor ini merupakan IoT atau Internet of Things yang benar-benar akan membantu petani dalam melakukan aktifitasnya.
“Hal ini akan menimbulkan efisiensi biaya produksi yang cukup baik dan akan signifikan pengaruhnya terhadap hasil pertaniannya nanti,” terangnya.
IoT ini, kata Andi, target dari program pemakaian teknologi internet cerdas ini adalah adanya peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan dari model cluster yang menggunakan model pertanian ini. Apalagi akan ada kerja sama dari produsen pupuk untuk penyediaan pupuk yang diperlukan.
“Alat ini baru ada dua di Indonesia. Satu di Ponorogo dan satu lagi di Karanganyar (Jawa Tengah). Dua daerah ini adalah pilot project dari IoT sensor cuaca dan tanah ini,” pungkas Andi. (kominfo/dist/foto : istimewa)