SUMBER air di Ponorogo akan semakin punah dan bisa mengancam ketersediaan air bersih untuk minum dan mandi. Hal ini bila tidak segera ada peremajaan tumbuhan alias reboisasi. Apalagi diketahui, saat ini sudah banyak mata air di Ponorogo yang sudah mati.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sapto Djatmiko, Kamis (10/10/2019) mengatakan, saat ini ada sekitar 5-10 persen mata air di Ponorogo menghilang alias mati karena banyak pohon yang hilang akibat ditebang oleh masyarakat. Penebangan pohon ini sebagian besar tidak diikuti oleh langkah penghijauan kembali.
“Inilah yang membuat bencana kekeringan semakin meluas di Ponorogo,” ujarnya.

Karenanya, ia mengajak seluruh masyarakat Ponorogo untuk mulai bersama-sama menyelamatkan sumber mata air. Sebab sudah ada laporan soal kesulitan mendapatkan air bersih di hampir seluruh daerah di 21 kecamatan di Ponorogo. Warga sampai harus menggali lebih dalam sumur-sumur mereka untuk mendapatkan air bersih kembali.
Dari laporan warga di sejumlah daerah saat ini kedalaman sumur pompa di beberapa wilayah di kabupaten Ponorogo mengalami penurunan sampai sekitar 60 cm tiap tahunnya.
“Dengan kondisi ini maka Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Ponorogo mengajak semua warga masyarakat untuk melakukan upaya penghijauan atau reboisasi,” tuturnya.
Sapto Djatmiko menambahkan, reboisasi atau penghijauan ini utamanya dilakukan di sekitar mata air
“Untuk itu pada tahun 2020 nanti DLH akan melaksanakna kegiatan rebosiasi khusus di tempat tempat yang dulu merupakan sumber-sumber mata air dengan pohon-pohon yang mampu menyimpan air,” pungkasnya. (kominfo/dist)