PANEN jagung di sejumlah daerah di Ponorogo tidak mengalami kenaikan meski sebenarnya musim kemarau lalu sempat menjadi harapan peningkatan hasil. Kekeringan yang terjadi dan serangan ulat grayak menjadi penyebab utama kondisi ini.
Seperti diakui Sumono, petani dari Desa Kunti, Kecamatan Sampung, kepada ponorogo.o.id, Selasa (7/1/2020). Ia mengatakan, sebenarnya ia berharap dengan kemarau yang cukup panjang di 2019 lalu panen bisa lebih baik ketimbang musim kemarau tahun sebelumnya. Namun, yang terjadi tidak seperti bayangannya.

“Ternyata kemaraunya agak lebih panjang dari perkiraan. Akhirnya, tumbuhan jadi kekurangan air,” ujarnya.
Ada juga serangan ulat grayak yang menurunkan hasil panenannya. Ulat ini menyerang bagian batang sehingga tanaman rusak dan kering. Akibatnya, banyak tanaman yang tidak muncul tongkolnya. Ini umumnya terjadi pada tanaman baru yang saat ini umurnya sektiar satu bulan.
“Hasil panennya ya sama saja dengan tahun lalu. Padahal kami sempat memperkirakan hasilnya akan lebih banyak sebab kemaraunya kebablasan. Sekarang ini panenan satu kotak (1/7 hektare) hanya satu ton lebih sedikit. Satu hektare tidak lebih dari 8 atau 9 ton. Ya harusnya bisa 1,5 ton per kotak (10,5-11 ton per hektare,” ujarnya.
Sumono dan sejulah petani di Desa Kunti menyatakan, mungkin dalam waktu dekat mereka akan memvariasi jenis tanaman yang mereka budidayakan. “Kami akan menanam sayuran atau buah seperti melon saja dulu. Biasanya hasilnya akan bagus. Semoga cuacanya mendukung,” pungkasnya. (kominfo/dist)