Dukung Penuh Penghijauan ‘Gerak Warog’, Beginilah Penyediaan Bibitnya

KESERIUSAN warga Ponorogo dan pemkabnya dalam memulihkan kondisi alam dan cadangan air tanahnya tak perlu diragukan lagi. Hal ini terlihat dari dukungan penuh terhadap program penghijauan yang disebut Gerak Warog. Salah satunya adalah penyediaan bibit untuk menyukseskan gerakan ini.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Ponorogo Sapto Djatmiko, Jumat (31/1/2020) di kantornya mengatakan, pihaknya adalah salah satu elemen dari kegiatan bersama yang kepanjangannya adalah Gerakan Reboisasi, Alam, Kehutanan & Wilayah Air, Rakyat Obah Gumregah tersebut. Selain mendeteksi daerah yang sudah kritis cadangan air, pihaknya memiliki tugas menyediakan bibit pohon untuk yang akan ditanam pada area-area yang membutuhkan.

Pembibitan yang dilakukan di kebun belakang Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ponorogo

“Kita (Gerak Warog) memerlukan sekitar 40 ribu batang bibit pohon dalam penghijauan yang akan dilakukan secara berkesinambungan selama beberapa tahun ke depan. Dan, DLH ini menjadi salah satu penyedia bibit untuk gerakan ini. Selain tentunya ada pihak lain yang bisa juga menyediakannya bagi penghijauan yang dilakukan,” kata Sapto.

Untuk pembuatan bibit, DLH menyediakan sejumlah titik di bagian belakang gedung kantornya untuk membudidayakan beberapa tanaman. Lahan tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki suasana yang pas untuk menumbuhkan bibit pohon yang diinginkan. Baik tanaman hias, tanaman buah maupun tanaman lain yang diperlukan untuk penghijauan.

Dikatakannya, ada personel yang bertugas membuat bibit-bibit yang diperlukan. Soal jumlah, Sapto menyatakan akan menghasilkan sebanyak-banyaknya. Jenisnya juga sangat beragam. Meski begitu, pengadaan bibit untuk Gerak Warog tidak bertumpu pada DLH.

“Pihak lain, seperti komunitas maupun individu, juga bisa menyumbang. Dan banyak juga yang sudah mengirim ke titik-titik yang diperlukan,” terangnya.

Sapto sebagai Ketua Gerak Warog menyatakan, program ini adalah fasilitasi Pemkab Ponorogo atas inisiatif warga Ponorogo untuk melakukan memulihkan alam dan lingkungannya. Sebab, saat ini sudah ada 75 titik mata air yang kondisinya kritis.

“Warga sudah cukup menyadari kondisi ini dan melakukan gerakan ini,” kata Sapto sambil menerangkan saat ini mata air sudah semakin dalam sulit untuk dijadikan sumur.

Menanam memang menjadi solusi agar di masa mendatang cadangan air bisa kembali mencukupi kebutuhan manusia di sekitarnya. “Gerakan ini adalah program tapi bukan proyek. Program ini tidak hanya menanam saja, tapi juga sampai dengan melakukan pemeliharaan tanaman hingga tumbuh menjadi besar,” tuturnya. (kominfo/dist)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*