Ketika Para Pemelihara Makam Leluhur Ponorogo Berdoa Memohon Karaharjan

TAHLIL dan yasin mengalun lembut. Sejurus kemudian beralih ke tembang Singgah-Singgah Kala Singgah. Sejumlah ayat pendek sebagai penjagaan menggantikan tetembangan. Berlanjut ke Mantra Karma, Kidung Sarira Ayu dan dipungkasi dengan doa sapujagad.

Inilah yang terdengar saat sekitar 150-an juru pelihara makam, sejumlah pemuka adat dan agama, para remaja anggota organisasi keagamaan dan para pesilat hadir di makam Batoro Katong, si Raden Joko Piturun, putra Bhre Kertabumi, sang raja terakhir Majapapit. Di depan makam pendiri Ponorogo, atau Kerajaan Wengker, mereka memanjatkan doa-doa bagi keselamatan Ponorogo, warganya dan seluruh tanahnya.

Para warga Ponorogo yang berdoa untuk keselamatan Ponorogo pada hari jadinya yang ke-524.

“Sudah menjadi tradisi setiap malam menjelang hari jadi Ponorogo kami dari Perkumpulan Juru Petilasan Gebang Tinatar (paguyuban juru kunci makam) melakukan doa bersama di makam Batoro Katong ini,” ungkap Sunardi, Juru Pelihara Makam Batoro Katong, Senin (10/8/020) malam, jelang hari Jadi Ponorogo ke 524 yang jatuh pada 11 Agustus 2020.

Pria berusia 80 tahunan ini menguraikan, para juru pelihara petilasan merasa ikut bertanggung jawab untuk turut mendoakan Ponorogo agar makin maju. “Kami alunkan doa agar Ponorogo maju, manggihi karaharjan (menemui kejayaan),” ungkap Sunardi.

Para pemuda yang turut berdoa di makam Batoro Katong, Senin (10/8/2020) jelang tengah malam.

Karena itu, usai membaca yasin dan tahlil serta sholawat nabi, mereka mengalunkan tembang Singgah-Singgah Kala Singgah. Sebuah tembang karangan Sunan Kali Jaga. Tembang yang membuat seseorang lebih percaya diri dan menjauhkan dari marabahaya.

Usai ayat-ayat pendek, dilantunkan montro karmo, doa Syech Subakir, seorang waliyullah agar tanah jawa bisa dihuni oleh manusia. Kemudian ditembangkan sekar Kidung Sarira Ayu, tembang tentang permohonan perlindungan.

Para juru pelihara petilasan saat membawa hasil bumi yang telah dibacakan doa di dalam makam Batoro Katong untuk dinikmati bersama sebagai wujud syukur dan permohonan keselamatan.

“Ya itulah, kami mendoakan mereka yang telah dimakamkan di makam ini agar dilindungi dari siksa kubur, mendapat berkah atas perjuangannya di masa lalu. Permohonan keselamatan dan kemajuan ini bukan hanya untuk mereka yang membaca doa, tapi juga mereka yang mendengarkan. Jadi semua untuk kemajuan dan keselamatan Ponorogo,” tutup Sunardi. (kominfo/dist)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*