Difabel Karangpatihan Dibekali Keterampilan

KETERBATASAN bukanlah alasan untuk tidak bisa berkarya. Setiap insan akan mampu berkreasi dalam kapasitasnya masing-masing. Apalagi, kalau karya yang ada bisa mendatangkan rupiah.

Inilah yang didorong oleh para mahasiswa dari Universitas PGRI Madiun (Unipma) yang melaksanakan Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong. Selama empat hari terakhir, mulai 13-16 September 2020, mereka memberikan bekal keterampilan membuat kerajinan tangan kepada warga setempat. Khususnya warga penyandangan disabilitas mental atau tuna grahita.

Seorang mahasiswa dari PHP2D Unipma saat mengajari seorang warga penyandang disabilitas untuk membuat bunga dari stoking.

Ketua Panita PHP2D Unipma Muhammad Tajudin Azamzami di sela acara mengatakan, kegiatan ini adalah upaya dari para mahasiswa untuk menumbuhkan kepedulian mereka terhadap masyarakat. Sedangkan sasaran berikutnya adalah turut melakukan pengentasan kemiskinan, kesehatan dan kekuatan sandang pangan.

“Penerapannya adalah memberikan pelatihan kepawa warga. Yaitu warga tunda grahita dan para pendampingnya. Kita ajak mereka berkreasi membuat bunga untuk hiasan rumah dari stoking,” ungkap Tajudin, Rabu (16/9/2020), di Rumah Harapan Karangpatihan.

Warga penyandang disabilitas dan pendampingnya saat belajar membuat bunga dari stoking

Para mahasiswa yang berjumlah sekitar 20 orang ini mengajari satu demi satu para warga untuk membuat putik, daun dan batang dari kawat dan stoking serta benang. Setelah jadi, ketiganya kemudian dirangkai sebagai sebuah bunga yang siap ditempatkan di jambangan kecil sebagai hiasan di meja ruang tamu atau ruang kerja.

“Harapannya tentu program ini akan berkelanjutan sehingga akan menjadi pendapatan bagi para warga Desa Karangpatihan yang mengikuti pelatihan ini,” ujarnya.

Seorang pendamping warga penyandang dan seorang mahasiswa Unipma disabilitas saat mengajari sejumlah warga untuk menguasai keterampilan membuat bunga.

Diakuinya ada kendala untuk melatih para warga tuna grahita tersebut. Beruntung, para warga lain yang bersedia menjadi pendamping sangat antusias untuk dilatih. Dengan begitu, para pendamping bisa menjadi ‘jembatan’ bagi para pelatih untuk mentransfer keterampilannya kepada warga tuna grahita. Pada pelatihan ini sebanyak 15 orang warga tuna grahita dan 10 pendamping mengikut pelatihan. (kominfo/dist)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*