KEWAJIBAN karantina atau isolasi bagi para Pekerja Migran Indonesia (PMI, dulu disebut TKI) setelah tiba dari luar negeri diharap tidak menimbulkan kekecewaan di hati mereka dan keluarga. Karantina merupakan ikhtiar agar tidak terjadi penyebaran covid-19 yang tidak terkendali.
Bupati Ponorogo Sugiri ‘Kang Giri’ Sancoko mengutarakan hal ini usai menerima 31 orang PMI yang baru saja tiba di Ponorogo, Selasa (4/5/2021). Mereka diterima Kang Giri bersama Kapolres Ponorogo AKBP Muchamad Nur Azis, Kadisnaker Ponorogo Bediyanto dan salah satu staf Kodim Ponorogo. Para PMI ini dijemput Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Ponorogo dari Asrama Haji Sukolilo Surabaya yang merupakan lokasi karantina pertama pasca tiba di Indonesia.

“Karantina ini kan ‘kehendak’ kesehatan. Bukan kehendak saya (bupat), bukan kehendak kapolres. Mudah-mudahan mereka tidak gela (Bahasa Jawa, kecewa). Mereka sudah karantina di sana (Surabaya) dua hari dan nanti di sini tiga hari. Mudah-mudahan aman,” ungkap Kang Giri.
Mereka yang pulang adalah PMI yang tiba tanggal 2 Mei lalu dan telah melewati prosedur kepulangan berupa tes swab PCR di lokasi karantina dengan hasil negatif. Selanjutnya, mereka akan menjalani karantina dan tes swab yang kedua.

“Mereka akan dikarantina di ruang isolasi desa di masing-masing desa atau kelurahannya. Mereka ini masing-masing sudah dijemput oleh perangkat dan keluarganya, tapi ya tetap nanti harus karantina. Sebab begitulah prosedur standarnya,” jelas Kang Giri.
Salah satu PMI, Sutarno, warga Desa/Kecamatan Jambon, mengaku senang kedatangannya dari Brunei Darussalam berjalan lancar. Ia justru merasa bahagia sebab disambut dengan prosedur yang membuatnya yakin ia sehat dan siap untuk bersilaturahmi dengan sanak keluarga terdekatnya.
“Saya tidak masalah. Kami sangat berterima kasih dengan fasilitas dalam penerimaan ini,” ulas Sutarno. Sejumlah PMI tampak disejmput oleh perangkat desa dengan menggunakan mobil siaga desa. (kominfo/dist)