Percepat Pembangunan Pariwisata dan Pertanian, Ponorogo B2B Dengan GDTC International

PARIWISATA dan pertanian sebagai sektor andalan perekonomian Ponorogo terus didorong perkembangannya. Salah satunya dengan bekerja sama dengan Group of Development, Technologies and Construction Companies (GDTC) International.

Kerja sama ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara GDTC International dengan PD Sari Gunung, Ponorogo pada Sabtu (29/5/2021) di Rumah Dinas Bupati Ponorogo. Sebuah kerja sama business to business atau B2B untuk pengembangan sejumlah program pembangunan di Ponorogo.

Terdapat lima hal yang bakal dikerjasamakan. Yaitu pembangunan Monumen dan Museum Reyog Ponorogo di kawasan gunung kapur Sampung, pengembangan kawasan Telaga Ngebel, pengembangan pertanian terpadu di Pudak dan pembangunan pabrik pupuk.

Kerja samanya berupa pendanaan lima program. Totalnya mencapai Rp754 miliar. Rinciannya, Rp200 miliar untuk pembangunan museum reyog, Rp100 miliar untuk Ngebel, Rp100 miliar untuk pabrik pupuk, Rp174 miliar untuk pembangunan kawasan pertanian terpadu dan Rp180 miliar untuk pembangunan pabrik porang.

Penandatangan dilakukan oleh Direktur PD Sari Gunung Suwandi dan Chairman Group of Development, Technologies and Construction Companies (GDTC) International HEH Sharif Moulay Sidi Al Sultan Ahmad Bin Zuhir Bin Mohammad Bin Jaber Al Natour dengan disaksikan oleh Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, sejumlah pejabat Pemprov Jatim dan para petinggi GDTC International.

Bupati Ponorogo Sugiri ‘Kang Giri’ Sancoko usai kegiatan menyatakan, kerja sama B2B ini merupakan upaya untuk mendorong segala lini melalui kedua sektor yang dikerjasamakan. Dikatakannya, ketika pariwisata hidup, maka efek dominonya akan luar biasa. Industri kerajinan tumbuh, makanan minuman dan hotel tumbuh, UMKM tumbuh. Membangun museum reyog itu artinya memelihara reyog itu sendiri. Begitu pula dengan pembangunan di sektor pertanian. Berbagai potensi pertanian akan bisa digarap dengan baik dan segera berkembang.

“Kalau mengandalkan APBD, dana Rp754 miliar yang kita butuhkan ya bisa melalui 10 tahun APBD. Kita butuh langkah cepat yang tidak merugikan kedua belah pihak dan justru menguntungkan. Harapannya nanti PAD meningkat, Ponorogo makin terkenal, pertanian berkembang dan reyognya terpelihara tanpa membebani APBD. Sehingga harus B2B,” ulas Kang Giri.

HEH Sharif Moulay berharap kerja sama ini nantinya akan melahirkan manfaat bagi umat manusia dan masyarakat Ponorogo pada khususnya. Ia berharap kerja sama bisa berkelanjutan. “Kita melakukan kerja sama ini karena untuk kebaikan umat dengan niat lillahi ta’ala,” ungkapnya.

MoU ini akan segera dilanjutkan dengan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA). (kominfo/dist)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*