Reog Mendesak Dapat Konvensi dan Proteksi

INI analisa bahwa reog harus masuk prioritas utama usulan warisan budaya tak benda ke UNESCO.  Tak lagi dapat ditawar lantaran sudah menyangkut konvensi dan proteksi. ‘’Pandemi mengancam keberlangsungan reog karena seniman jarang pentas dan perajin tidak lagi berproduksi,’’ kata Profesor Hamy Wahjunianto.

Menurut dia, UNESCO mengutamakan usulan warisan budaya tak benda yang terancam punah. Prof Hamy menyebutnya sebagai urgent save list (USL). Indonesia mengusulkan reog, jamu, tenun, dan tempe ke UNESCO. “Satu-satunya yang urgen adalah reog. Tiga lainnya (jamu, tenun, tempe) hanya layak masuk representatif list,” jelasnya.

Semakin urgen, lanjut Prof Hamy, lantaran Malaysia mengajukan barongan yang meniru-niru reog sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO. “Sekarang kembali ke kebijakan Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kemendikbud. Punya empati atau tidak Mas Menteri Nadiem Makarim terhadap reog,” terangnya.

Prof. Hamy Wahjunianto

Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud mengirimkan empat berkas usulan ke UNESCO. Nah, badan khusus PBB yang mengurusi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan itu bakal meminta satu berkas yang menjadi prioritas,” ungkap Prof Hamy.

Profesor yang menjadi bagian tim pengusul reog itu meminta Kemendikbud bersikap transparan. Pasalnya, surat yang dikeluarkan tim penyeleksi di kementerian menempatkan reog sebagai nominator teratas. “Tapi secara lisan disampaikan kalau jamu yang nomor satu,” ujar Hamy setelah pagelaran reog di depan Paseban Alun-Alun Ponorogo  (8/4/2022).  (kominfo/win/hw)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*