SEPARO lebih sekolah menengah pertama (SMP) di Ponorogo biasa ber-reog ria. Sebanyak 32 dari 56 SMP negeri dan swasta itu dapat sewaktu-waktu menggelar pertunjukan lantaran memiliki seperangkat alat kesenian reog sendiri. Para pemain juga berasal dari internal sekolah bersangkutan.
‘’Secara langsung kami ikut andil melestarikan kesenian reog,’’ kata Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo Nurhadi Hanuri, Rabu (13/4/2022).

Ekstrakurikuler reog sudah menjadi aktivitas lumrah di tingkat sekolah dasar (SD) dan SMP. Pengelola SD menganut sistem koordinator wilayah (korwil) di masing-masing 21 kecamatan yang ada. Tercatat tiga SD yang memiliki seperangkat alat kesenian reog komplet.
Nurhadi Hanuri sanggup jika harus mementaskan massal puluhan grup reog mini dari semua penjuru kecamatan itu.
‘’Ada 32 grup reog SMP dan 24 grup reog SD,’’ terang Nurhadi Hanuri.
Dia memberi jaminan anak-anak di Ponorogo sedari dini sudah mengenal reog. Apalagi, festival reog mini (FRM) digelar ajek saban tahun menandai peringatan hari jadi Ponorogo. Grup reog ketika tampil berfestival di panggung utama alun-alun sudah mengenal koreografi yang condong ke sendra tari.
‘’Mengisahkan terciptanya reog. Anak-anak juga tidak canggung ketika harus memainkan reog obyokan,’’ jelasnya. (kominfo/win)