Biaya Kursus Gratis tapi Sepi Peminat

ADA syarat khusus jika ingin mengikuti kursus dan pelatihan gratis. Usia peserta wajib di rentang 17 hingga 25 tahun agar biaya selama belajar di lembaga kursus dan pelatihan (LKP) itu dapat ditanggung beasiswa bantuan pemerintah program kecakapan kerja. Namun, minat ikut kursus dan pelatihan gratis ternyata masih rendah.

‘’Penduduk kelompok usia muda ini belum memikirkan serius masa depan mereka,’’ kata Farida Widyastutik, pengelola LKP Rida Bordir, Senin (18/4/2022).

Padahal, dia berupaya agar banyak para perempuan mandiri. Program beasiswa kursus dan pelatihan itu ditawarkannya ke mana-mana. Mulai lulusan paket C, alumnus sekolah lanjutan pertama atau atas, hingga sarjana yang masih menganggur. Mereka tidak begitu tertarik. Farida tak patah arang dengan menyebarkan informasi tentang beasiswa kursus dan pelatihan itu lewat media sosial.

‘’Sayang sebenarnya, ada fasilitas gratis tapi tidak dimanfaatkan,’’ terangnya.

Sutji Hariati, pengelola lembaga kursus dan pelatihan di bidang tata kecantikan, rias penganti, dan potong rambut

Belakangan ini mulai datang minat dari kalangan keluarga kurang mampu di sejumlah kecamatan pinggiran. Generasi mudanya ingin mengubah nasib hingga bersedia  ikut kursus dan pelatihan gratis.

‘’Saya ingin sebenarnya membantu lebih banyak orang, terutama para perempuan agar mampu mandiri,’’ ungkap Farida.

Kendala minim peserta juga dialami LKP Cici. Sutji Hariati, pengelola lembaga kursus dan pelatihan di bidang tata kecantikan, rias penganti, dan potong rambut itu, mengaku kesulitan menjaring peserta beasiswa di rentang usia 17-25 tahun.

‘’Kendala utama itu pada minat peserta,’’ kata Bu Cici –sapaan Sutji Hariati.

Tertata rapi peralatan untuk kursu di LKP Salon Cici, Senin (18/4).

Menurut dia, minat malah datang dari para ibu muda yang belum memiliki pekerjaan. Namun, mereka terganjal batasan usia untuk mendapatkan fasilitas kursus gratis. Bu Cici rela menggratiskan biaya dengan syarat peserta kelak bersedia ikut ujian kompetensi.

‘’Saya bebaskan biaya kursusnya, saya barengkan dengan kelas beasiswa, tapi ujian bayar sendiri,’’ ungkap ketua forum pengelola LKP Ponorogo itu.

Padahal, satu kelas di LKP baru dapat dibuka jika diikuti 10 peserta. Sedangkan uji kompetensi minimal harus diikuti 20 peserta ujian. Problem minimnya minat ikut kursus dan pelatihan itu kerap dibahas di forum pengelola LKP.

‘’Sekarang batas usianya sudah 25 tahun, dulu malah 21 tahun. Jarang-jarang ada yang mendaftar,’’ ujar Bu Cici.

Perempuan yang sudah menggeluti rias pengantin sejak 37 tahun lalu itu mengupayakan lulusan LKP-nya ikut magang. Bu Cici kebetulan memiliki forum penata rias hingga mudah mencarikan tempat magang sebelum lulusan itu membuka usaha sendiri. Apalagi, penata rias harus mengikuti tren yang belakangan menganut riasan flawless.

‘’Untuk busana pengantin, masyarakat kembali meminati gaya klasik,’’ ujar perempuan berusia senja itu. (kominfo/dyah/hw)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*