PETUGAS Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Ponorogo bakal kerap blusukan masuk dan keluar kampung setelah program dana rukun tetangga (RT) berjalan. Sebab, dinas yang dikepalai Seni itu bertanggung jawab atas pembuatan biopori dan pengelolaan sampah dari hulu.
‘’Lubang biopori digali secara vertikal, berbentuk silinder, dengan kedalaman kurang lebih 100 centimeter,’’ kata Seni.
Galian yang tak seberapa dalam, namun sumur resapan itu besar manfaatnya. Biopori mampu mengurangi aliran permukaan, menekan laju erosi, dan melindungi kualitas air tanah. Lubang resapan yang dibuat akan diisi sampah organik berupa dedaunan untuk makanan makhluk hidup di dalam tanah.
‘’Air serapan dalam biopori juga dibutuhkan akar-akar tumbuhan,’’ terang Seni saat pemaparan bersamaan launching Surat Edaran (SE) Bupati Nomor 140/913/405.14/2022 tentang Pedoman Penggunaan Anggaran Kegiatan Rukun Tetangga (PPAK RT), Selasa (26/4/2022).
Di lingkungan perkotaan yang padat, imbuh dia, biopori dikenal sebagai salah satu upaya pencegahan banjir. Pun, lubang resapan air itu bermanfaat menyuburkan tanah dampak proses biologis sampah-sampah organik di dalamnya.
‘’Dengan sendirinya mengurangi volume sampah organik, sekaligus meningkatkan volume air tanah,’’ ungkapnya.
Menurut dia, pengelolaan sampah bakal berlangsung dari hulu di lingkungan RT. Dengan begitu, tonase limbah rumah tangga yang masuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican, Jenangan, bakal menyusut jauh. Mengolah sampah organik menjadi pupuk sampah akan mereduksi 70 persen total sampah yang muncul.
‘’Sisa yang 30 persen adalah sampah nonorganik. Pengolahan pupuk kompos juga memberi tambah nilai ekonomi,’’ jelasnya.
Seni berhitung jika pengelolaan sampah dari hulu itu berhasil, maka beban TPA akan terpangkas banyak. Pemerintah pusat mencanangkan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir itu hanya 30 persen limbah yang muncul dari rumah tangga, pasar tradisional, dan perkantoran.
‘’Yang dibuang ke TPA tinggal residu, itupu nanti masih akan dikelola,’’ pungkasnnya. (kominfo/dyah/win/hw)