HASIL Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menunjukkan prevalensi stunting di Ponorogo pada kisaran 20 persen. Butuh komitmen semua pihak menekan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bawah lima tahun) akibat akumulasi ketidakcukupan zat gizi yang berlangsung lama dari kehamilan sampai usia 24 bulan itu.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menekankan bahwa penanganan stunting bukan hanya tugas dinas kesehatan. Melainkan tugas bersama karena buruknya fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan juga menjadi penyebab stunting.
‘’Kita tekan angka stunting di Ponorogo dengan cara gotong royong,’’ ajaknya dalam sambutan yang dibacakan Kepala Bappeda Litbang Ponorogo Agus Sugiarto, Selasa (12/7/2022).

Pemkab Ponorogo melalui Dinas Kesehatan bersama Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PP dan KB) setempat menggelar Rembuk Stunting di aula Bappeda Litbang. Seluruh camat di Ponorogo sengaja diundang. Permasalahan stunting menjadi isu utama yang perlu mendapatkan penanganan segera dengan melibatkan seluruh sumber daya.
‘’Penyediaan pangan yang bergizi, kualitas sanitasi, lingkungan bersih, dan beberapa hal lain yang menunjang atau mendukung intervensi pencegahan serta penurunan stunting,” jelasnya.
Angka stunting di Ponorogo sejatinya lebih rendah dari Jawa Timur yang berada di prevalensi 23,5 persen. Pemerintah pusat sudah mematok target angka stunting hanya 14 persen pada 2024 mendatang. Pun, Pemkab Ponorogo menambah locus penanganan stunting dari 15 menjadi 25 desa atau kelurahan. (kominfo/fad/hw)