GAGASAN Smart City Ponorogo terus mengerucut. Bimbingan teknis (bimtek) kini sudah memasuki tahap akhir. Dalam bimtek tahap III yang berlangsung di Hotel Maesa, Rabu (24/8/2022) dan Kamis (25/8/2022), mulai digagas draf masterplan smart city jangka pendek (1 tahun) dan jangka menengah (5 tahun). Peserta bimtek juga menyusun pelaksanaan quick wins (program unggulan) berikut manajemen risikonya.
Fitrah R. Kautsar, konsultan pendamping Smart City Ponorogo, mengatakan bahwa pengembangan kota cerdas di Indonesia kini mengacu standar smart city dunia. Sebuah kota harus memperhatikan touchpoint (titik kontak) baik offline maupun online agar memiliki brand yang kuat. ‘’Tergantung persepsi apa yang hendak dibangun,’’ katauya.
Menurut dia, sebuah brand bisa bernilai triliunan jika pemerintah mampu menerapkan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Bersamaan itu, brand wajib dipublikasikan kepada masyarakat luas. Konsep smart city sejatinya membuat layanan pemerintah dapat lebih cepat yang berdampak langsung kepada masyarakat. ‘’Dengan begitu dapat meningkatkan produktivitas daerah dan daya saing ekonomi,’’ jelasnya.
Peserta selama tiga tahap bimtek mampu merumuskan 26 quick wins berdasar enam pilar smart city. Yakni, pilar smart governance (tata kelola pemerintahan yang cerdas); smart branding (inovasi memasarkan daerah); smart economy (tata kelola perekonomian yang pintar); smart living (kelayakan taraf hidup); smart society (kondisi sosial masyarakat yang dinamis; dan) pilar smart environment (pengelolaan lingkungan yang pintar). ‘’Sudah tersusun profil setiap quick wins sekaligus identifikasi, analisis, penanganan, dan mitigasinya,’’ terang Fitrah.
Dalam bimtek tahap IV akan disusun langkah implementasi dari sederet inovasi yang telah diusulkan itu. Dari sekian banyak program dan inovasi bakal dipilih yang paling pas untuk diimplementasikan dalam jangka pendek dan menengah. Output yang dihasilkan dari empat tahapan itu adalah masterplan Smart City Ponorogo. (kominfo/dyah/hw)