ANGGOTA PKK Akademia didominasi remaja putri sehingga sosialisasi terkait seluk beluk pernikahan langsung mengena ke sasaran. Tim Penggerak PKK (TP-PKK) Kabupaten Ponorogo memberikan pembekalan tentang menghindari perceraian serta cegah perkawinan anak (Cepak) kepada ratusan anggota PKK Akademia di Sasana Praja, Kamis (3/8/2023) dan Jumat (4/8/2023).
Ketua TP-PKK Kabupaten Ponorogo Susilowati Sugiri Sancoko menekankan pentingnya menunggu usia matang dalam perkawinan. Bersamaan itu, mencegah perkawinan anak merupakan langkah penting untuk menyongsong Indonesia Emas pada 2045 mendatang. ‘’Supaya ke depan lahir generasi penerus yang berkualitas,’’ kata Bunda Susi –sapaan istri Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko itu.
Menurut dia, masa remaja harus diisi dengan kegiatan positif agar terhindar dari pergaulan bebas yang menyebabkan pernikahan dini. Pasangan suami istri yang belum cukup usia rentan melahirkan anak balita stunting. Selain itu, bahaya perceraian mengancam karena pola pikir yang masih labil. ”Contohlah Nabi Muhammad yang menikah usia 25 tahun. Penelitian menunjukkan alat reproduksi manusia sudah siap pada usia tersebut. Secara emosional, mental, dan sepiritual juga mulai mapan,’’ jelasnya.
Bunda Susi berbagi pengalaman ketika menikah pada usia 29 tahun. Bupati Sugiri Sancoko kala itu sempat mengomentari masakan istrinya yang kelewat asin yang menyerupai upil. Sontak Bunda Susi merasa tersinggung karena sudah bersusah payah memasak untuk suaminya. ‘’Dari pengalaman itu, Mas Giri mengubah pola komunikasi lebih halus sehingga tidak menyakiti perasaan saya. Kalau masih anak usia 19 tahun ke bawah mengalami kejadian serupa, apa yang akan terjadi? Saya saja yang sudah 29 tahun masih menangis,” ungkapnya.
Pihaknya berharap anggota PKK Akademia yang merupakan remaja pilihan ikut melakukan upaya mencegah perkawinan anak. Mereka dapat menjadi ujung tombak dalam memberi pemahaman kepada masyarakat tentang risiko menikah belum cukup umur. ‘’Akan bermanfaat untuk mencetak generasi masa depan,’’ pungkasnya. (kominfo/win/hw)