SEMUA pihak seolah tidak lagi sabar menekan angka stunting serendah mungkin. Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko beserta jajarannya harus berhadapan dengan tim penguji percepatan penanganan stunting melalui video conference di aula Bappeda Litbang, Rabu (9/8/2023). Padahal, Ponorogo sukses menangani stunting hingga prevalensinya turun drastis menjadi 14,2 persen pada 2022 dibandingkan tahun 2021 yang masih di angka 21 persen.
Kang Bupati –sapaan Bupati Sugiri Sancoko—mengatakan bahwa upaya Pemkab Ponorogo dalam mengatasi kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat akumulasi ketidakcukupan zat gizi yang berlangsung lama itu bukan mengejar ketenaran. Namun, kasus stunting benar-benar turun di angka yang paling rendah. Kang Bupati mematok target prevalensi stunting di Ponorogo tinggal 7 persen pada tahun ini.

‘’Dalam bernegara ini saya tidak mengejar prestasi atau nilai. Generasi yang lahir di Ponorogo harus sehat, pintar, dan akhlaknya baik,’’ kata Kang Bupati yang didampingi Ketua Tim Penggerak Pembinaan Keluarga Sejahtera (TP PKK) Kabupaten Ponorogo Susilowati; Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Dyah Ayu Puspitaningarti; serta Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Henry Indra Wardana.
Percepatan penanganan stunting di Ponorogo selama ini melibatkan sejumlah pihak. Jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan sejumlah ketua organisasi massa (ormas) sudah berkomiten dalam pencegahan serta penanganan stunting yang terintegrasi. Bersamaan itu, bidan desa, anggota PKK, kader KB, dan kader posyandu juga ikut mengambil peran. ‘’Terintegrasi dan gotong royong dengan harapan dapat menghasilkan generasi yang baik,” jelas Kang Bupati.

Sementara itu, Kepala Dinkes Ponorogo Dyah Ayu Puspitaningarti mengungkapkan penanganan stunting dilakukan sedari dini. Para calon pengantin sebelum menikah mendapatkan bekal tentang seluk beluk reproduksi. Mereka ikut dalam program Kecapmanis akronim dari Kelas Edukasi Calon Pengantin Menuju Pernikahan Sehat dan Harmonis. ‘’Calon pengantin mendapatkan bimbingan petugas dari Kemenag dan puskesmas,’’ ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, ketua TP PKK Kabupaten Ponorogo Susilowati mengatakan ikut menyosialisasikan penanganan stunting bersamaan agenda bakti sosial di 307 desa dan kelurahan yang ada. Bahkan, anggota PKK Akademia yang mayoritas remaja putri sengaja dilibatkan. ‘’Salah satu penyebab stunting karena pernikahan dini sehingga langkah yang tepat jika menggandeng organisasi perempuan dan kalangan remaja,’’ ujar. (kominfo/win/hw)