Perang pecinan adalah penyerangan pemberontakan terhadap Kasunanan Surakarta. Penyerangan tersebut, mengakibatkan istana Kasunanan di bakar dan Kanjeng Susuhunan Paku Buwana II dilarikan ke Ponorogo agar selamat.
Pengungsian Paku Buwana II tersebut, di Pondok Gebang Tinatar Tegal Sari, sekaligus ikut nyantri pada Kiai Ageng Muh. Hasan Besari.
Setelah kondisi mulai aman Paku Buwana II di perbolehkan pulang, ke Keraton Surakarto. Dalam perjalanan ini, yang menjadi cucuk lampah adalah Kerbau pemberian Kiai Hasan Besari.
“Kerbau tersebut warnanya adalah khas, yakni putih kemerahan, atau Kebo Bule”, begitu tutur Pak Huda yang menjadi salah satu pengurus Kesenian Kebo Ndanu, Danyang Suko Sari.
Perjalanan rombongan Paku Buwana II melewati daerah Sukosari, tepatnya di depan Masjid Imam Pura.
” Kita juga perlu ketahui, bahwa Kiai Imam Pura adalah masih kerabat Tegal Sari,” papar Pak Huda.
Sebagai upaya napak tilas perjalanan sejarah, warga Dhukuh Krajan, Danyang, Sukosari, membentuk sebuah seni kreasi Kebo-kebonan yang diberi nama Kebo Ndanu.
“Kebo-kebonan itu sangat berbeda dengan gajah-gajahan atau unta-untanan. Baik itu dari sejarah dan cara berjoget juga iramanya,” ujar Huda.
Sebab kebo-kebonan selain napak tilas, sejarah tersebut, juga merupakan seni kreasi. Dengan harapan mengajak generasi muda untuk mengingat sejarah dan berkesenian, dalam kebo kebonan sudah mewadahi alat alat musik modern sebagai pengiringnya.
“Seperti keyboard dan gitar, kita jadikan alat untuk mengiringi,” ujar Huda.
Sedangkan dalam berjoget dan pengiring di Kesenian Kebo-kebonan ini, mereka berpakaian Jawa. Sebab melihat sejarah demikian. “Karena kita Ponorogo ya berpakaian hitam ala Ponoragan,” tegas Huda.(Kominfo)