Wisata Minat Khusus Didukung Komunikasi Digital Cocok Untuk Ponorogo

PARIWISATA di Ponorogo memang tak akan pernah habis untuk dibahas. Termasuk oleh para akademisi dari dalam dan luar negeri. Dan ternyata, wisata minat khusus plus komunikasi digital yang mumpuni dirasa cocok untuk Ponorogo.

Inilah yang terungkap dalam Seminar on Tourism dalam rangkaian International Program Social and Political Science Faculty yang digelar Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO) dan Universiti Sultan Zainal Abidin (Unisza), Malaysia, yang digelar di aula lantai 4 gedung rektorat UMPO, Senin (12/2/2019).

Pembicara pertama, Dekan Fakultas Pascasarjana Unisza Ahmad Puad bin Mat Som menyatakan, wisata Indonesia sudah diakui sangat indah. Namun, sejauh ini dunia internasional masih mengesankan wisata Indonesia sebagai hanya Bali saja. Padahal, Bali mulai jenuh.

Dekan Fakultas Pascasarjana Unisza Ahmad Puad bin Mat Som saat menjadi pemateri dalam Seminar on Tourism dalam rangkaian International Program Social and Political Science Faculty yang digelar Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO) dan Universiti Sultan Zainal Abidin (Unisza), Malaysia, yang digelar di aula lantai 4 gedung rektorat UMPO, Senin (12/2/2019).

“Pengunjungnya terlalu ramai. Padahal, wisatawan luar negeri itu lebih suka datang ke pantai tentu yang sepi. Sekarang kita ke Pantai Kuta sudah sangat sesak oleh pengunjung,” terangnya. Karenanya, saat ini wisata yang menawarkan kondisi yang hening dan indah sedang dicoba direbut oleh Lombok. Bahkan muncul sebutan Lombo sebagai Bali 20 sampai 30 tahun lalu.

Sedangkan untuk Ponorogo, wisata alternatif atau wisata minat khusus bidang budaya dan religi bisa menjadi pilihan yang pas. Sebab, Ponorogo punya wisata budaya yang kuat, yaitu sebagai tempat lahirnya tari Reyog Ponorogo yang demikian terkenal.

“Ada pula pesantren dan masjid-masjid tua yang bersejarah (dalam penyebaran agama Islam) yang bisa menjadi wisata tersendiri. Yaitu akan jadi wisata religi,” ulasnya.

Pemateri kedua, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Terapan Unisza Wan Abd Aziz Bin Wan Muhd Amin menambahkan, potensi yang dimiliki oleh Indonesia, termasuk Ponorogo, harus didorong dengan komunikasi digital yang perkembangannya tidak terelakkan. Revolusi industri 4.0 memaksa semua orang berbisnis dengan memanfaatkan internet dan jejaring sosial di dunia digital.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Terapan Unisza Wan Abd Aziz Bin Wan Muhd Amin saat menjadi pemateri.

“Maka komunikasi digital menjadi hal penting yang harus dikuasai oleh pelaku bisnis wisata. Mahasiswa di Ponorogo ini saya rasa juga harus memanfaatkan hal ini. Menguasai big data, menguasai komunikasi digital,” paparnya.

Komunikasi digital menjadi alat utama untuk mempromosikan pariwisata. Bagi wisatawan, kemudahan mengakses lokasi wisata seperti melakukan booking penginapan secara online atau mendapatkan transportasi adalah yang harus bisa didapatkan.

Sedangkan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UMPO Jusuf Harsono menyatakan, potensi yang ada memang harus dikuatkan. Namun, yang paling cocok adalah penguatan pariwisata dengan pendekatan kearifan lokal.

“Tentunya dengan pemberdayaan masyarakat. Ini agar tidak terkena cultural shock (gegar budaya) yang justru akan merusak potensi itu sendiri,” terangnya. (kominfo/dist)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*