KEMARAU panjang yang terjadi akhir-akhir ini seharusnya menggugah kesadaran masyarakat untuk kembali bergerak melakukan penghijauan. Bila perlu, ada tanah kas desa yang disisihkan untuk ditanami berbagai pohon kayu. Harapannya, jumlah cadangan air tanah kembali meningkat.
Ide ini dilontarkan Kasi Pengelolaan Lahan dan Irigasi Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo Slamet. Menurutnya, langkah ini mungkin tidak bisa langsung terlihat. Sebab, tentu harus menunggu pepohonan yang ditanam menjadi besar. Mungkin lima sampai sepuluh tahun kemudian baru bisa dirasakan manfaatnya.
“Penghijauan itu ya seharusnya masif dan dilakukan di semua tempat secara bersamaan,” ungkapnya, Jumat (6/12/2019).
Massif atau bersamaan ini menurut Slamet bisa dilakukan dengan menggerakkan desa-desa untuk menyisihkan sebagian lahan atau tanah kas desa untuk ditanami pepohonan yang mampu menangkap air. Kalau hal ini dilakukan di seluruh desa di Ponorogo, maka jumlah pohon yang tumbuh akan berjumlah sangat banyak. Mata air dan sumbernya pun akan lebih terjaga.
Salah satu aktifitis bidang pertanian di desa Lembah, Ponorogo, Endang Widayati menyatakan sangat setuju dengan ide yang dilontarkan Slamet ini. Sebab, hal ini sudah terbukti di salah satu kawasan di Ponorogo.
“Dulu pernah ada penghijauan secara massif di salah satu daerah di Ponorogo ini. Tepatnya di Desa Sraten, Kecamatan Jenangan. Ada penggiat penghijauan yang terus mengajak warga menanam pohon. Ya itu sekitar tahun 1980-an sampai 1990-an mungkin. Dan itu hasilnya terlihat saat ini, mata airnya terjaga,”ungkapnya. (kominfo/dist)