Kesimpulan Awal PVMBG, Kawasan Calon Relokasi SDN Tugurejo 2 Relatif Aman

AREAL persawahan yang akan menjadi ‘calon’ lokasi pemindahan gedung SDN Tugurejo 2 dan 37 keluarga setempat dinilai cukup aman sebagai titik relokasi. Ini setelah satu tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMNG) melakukan pemeriksaan di daerah yang diusulkan.

Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Agus Budianto yang memimpin tim pengecekan areal calok relokasi SDN Tugurejo 2 dan relokasi 37 KK warga Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung, menyatakan, pada Kamis (20/2/2020), ia dan timnya telah memeriksa daerah yang diajukan sebagai daerah relokasi atau pemindahan.

Tim dari PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM saat mewawancarai beberapa warga di sekitar calon titik relokasi SDN Tugurejo 2 dan 37 KK, Kamis (20/2/2020).

Agus mengatakan, ia dan tim melakukan pengecekan atas kestabilan daerah tersebut. Kemudian mengamati, mencatat dan menilai secara langsung kondisi tanahnya. Informasi selengkap-lengkapnya akan dikumpulkan untuk dijadikan laporan.

Baca juga: Instruksi Langsung Bupati Ipong Muchlissoni Terkait Penanganan Pasca Bencana Di SDN 2 Tugurejo

“Tapi secara kasat mata daerah ini memang stabil, dengan catatan. Ke depan, perlu dikawal agar daerah perbukitan di sekitar kawasan calon relokasi tetap menjadi perbukitan dengan vegetasi atau tumbuhan yang memiliki akar-akar yang kuat sehingga tanahnya lebih stabil,” jelasnya.

Tim dari PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM menggunakan pencitraan udara untuk mengamati calon titik relokasi SDN Tugurejo 2 dan 37 KK, Kamis (20/2/2020).

Ada tiga hal utama yang dicatat oleh empat orang peneliti dari PVMBG ini. Pertama, karakter batuan dan tanah yang ada sebagai tempat berpijaknya pondasi atau landasan bangunan bisa dijadikan tempat relokasi. Kedua wilayah lahannya, yaitu lahan persawahan yang harus diperhatikan daerah sekitarnya. Hal ini menyangkut daya dukung dan tata guna lahannya.

Yang ketiga, lanjut Agus, adalah untuk pengendalian airnya. Untuk air, ada dua hal yang harus menjadi perhatian. Yaitu harus ada upaya menahan mengalirnya air dengan cara penanaman vegetasi yang sesuai sehingga akarnya mengikat tanah dan batuan secara kuat dan soal pengendalian air agar tidak tidak mengarah ke arah bangunan sekolah atau permukiman.

“Kesimpulan awal relatif aman. Kemiringannya rendah. Potensi meluncur lebih rendah dibanding daerah lainnya. Namun itu akan bergantung dengan rekomendasi dari kita dari pengamatan langsung, foto udara dan dikombinasikan dengan pengukuran-pengukuran kita. Rekomendasi bisa muncul sehari atau seminggu lagi. Kami sendiri berharap tidak lebih dari seminggu lah,” ulasnya.

Bila rekomendasi telah muncul, kata Agus, harus ada penataan ruang dan penataan kawasan yang baik. Tujuannya agar tanah di kawasan itu stabil. Lokasi permukiman, gedung sekolah, persawahan, perlakuan terhadap perbukitan dan mata air serta sungai di bagian bawahnya harus benar-benar diperhatian penataannya.

“Dengan menata kawasan kita mengurangi potensi ancaman gerakan tanah itu sendiri. Intinya agar daerah itu tidak mudah terpicu oleh gerakan tanah,” ucapnya. (kominfo/dist)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*