3 Ribu Alat Rapid Antigen Telah Terdistribusi ke Puskesmas Se-Ponorogo

SEBANYAK lebih dari 3 ribu alat rapid antigen covid-19 sudah disalurkan ke 31 puskesmas di seluruh Ponorogo. Distribusi alat ini akan menjadi salah satu upaya pencegahan penyebaran covid-19 berupa tracing yang lebih ketat.

Kabid Sumber Daya Kesehatan (Bid SDK) Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo Mujib Ridwan, Senin (22/2/2021) mengatakan, pada Senin (15/2/2021) lalu pihaknya telah mengambil sebanyak 5.750 set alat tes rapid antigen ke Dinkes Provinsi Jawa Timur. Pada Jumat (19/2/2021) lalu, alat tes rapid antigen itu mulai diambil oleh pihak puskesmas untuk mulai digunakan.

Salah satu petugas dari Puskesmas menunjukkan dus set alat rapid antigen yang baru saja diambilnya untuk tracing di wilayahnya, Senin (22/2/2021).

“Kami membagi dua jenis puskesmas. Yaitu puskesmas yang cukup tinggi angka penularannya dan yang rendah angka penularannya. Untuk yang tinggi, seperti di daerah perkotaan, lalu di Kecamatan Babadan dan Siman, kita beri 100 set. Sedangkan yang angka penularannya rendah kita beri 50 set,” ungkap Mujib.

Meski sudah ada alokasi dengan angka tertentu, ternyata sudah ada puskesmas yang meminta tambahan alat tes rapid antigen ini. Ada yang kurang dari 20 set, tapi ada juga yang lebih dari itu.

Kabid Sumber Daya Kesehatan (Bid SDK) Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo Mujib Ridwan saat menunjukkan stok alat rapid tes antigen yang bisa segera didistribusikan bila ada permintaan dari puskesmas di daerah-daerah.

“Tapi karena satu dus isinya 25 set, maka setiap pengajuan tambahan kita beri satu set sekalian agar tidak tercecer,” jelas Mujib sambil menyatakan, saat ini memang masih ada alat yang disimpan di gudang Dinkes Ponorogo untuk mengantisipasi permintaan mendadak akibat adanya tracing.

Kepala Dinkes Ponorogo Rahayu Kusdarini menambahkan, dengan deteksi yang makin ketat, maka tindakan yang diambil akan lebih tepat. Karena bisa jadi masih banyak orang yang selama ini sebenarnya sudah terpapar virus corona tapi tidak terdeteksi ternyata masih melakuan aktifitas serta mobilitas seperti biasa. Hal itu bisa mengakibatkan penularan yang tidak terkendali.

“Kalau ketahuan, maka mereka bisa dilakukan karantina sehingga penularan bisa ditekan dengan baik,” ujarnya. (kominfo/dist)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*