PEMERINTAH Kabupaten Ponorogo melalui Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) akan melakukan pemantauan terhadap Nuur, bayi yang ditelantarkan di Masjid An Nuur, Kutukulon, Jetis, dan ditemukan warga sekitar pekan lalu. Hal ini akan dilakukan sampai anak tersebut berusia lima tahun.
Kepala Dinsos P3A Kabupaten Ponorogo Supriadi, Kamis (25/2/2021) mengatakan, pemantauan ini merupakan ketentuan yang berlaku untuk kasus seperti yang terjadi pada anak seperti bayi Nuur, yaitu mengalami penelantaran. Terutama pemantauan terkait tumbuh kembang anak secara fisik maupun psikis.

“Pemantauan ini merupakan bagian dari perlindungan anak. Kita lakukan sampai anak berusia lima tahun,” kata Supriadi.
Ditambahkannya, pemantauan serta pengawasan akan dilakukan dalam kondisi anak tersebut diadopsi maupun tidak diadopsi. Tujuannya agar sang anak tidak mendapat perlakuan berulang yaitu penelantaran. Atau bahkan mengalami kekerasan dari orang tua asuh, atau orang tua sendiri, atau keluarga yang mengasuhnya.
Supriadi mengatakan, saat ini sudah ada puluhan calon adoptan yang ingin mengadopsi bayi Nuur. Sudah ada 26 yang bersedia dan 18 di antaranya sudah datang langsung ke kantornya. Baik sekadar bertanya-tanya maupun yang menyatakan kesungguhannya untuk melakukan adopsi. Jumlah ini tentunya akan bertambah ketika kabar temuan bayi dalam kondisi hidup ini menyebar.

Meski begitu, pihaknya tidak akan begitu saja melepaskan bayi Nuur kepada siapapun sebelum melalui prosedur dan ketentuan yang berlaku. Yaitu bahwa bayi laki-laki sehat tersebut harus dirawat dan diasuh dulu oleh pemerintah selama kurun waktu tertentu sebelum menjalani adopsi bila ada yang berminat.
“Bayi ini harus menjalani pengasuhan untuk dirawat dan dipantau kondisinya sampai enam bulan di UPT PSAB (Pelayanan Sosial Asuhan Balita) Sidoarjo sambil itu kita menunggu penyelidikan polisi. Setelah itu bisa diadopsi,” ucap Supriadi.
Sejauh ini belum ada pelaku yang tertangkap terkait pembuangan atua penelantaran bayi Nuur. Kecurigaannya, pelaku adalah warga sekitar. “Salah satu petunjuknya adalah kardus air minum dalam kemasa yang bermerek Gontor (yang banyak beredar di sekitar Jetis),” kata Supriadi. (kominfo/dist)