PENGELOLAAN keuangan dan anggaran daerah oleh Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menjadi uraian yang menarik dalam Seminar Ekonomi bertema Kepemimpinan Saat Krisis : Tantangan, Strategi dan Inovasi yang digelar secara online oleh STIE YAPAN Surabaya, Kamis (24/3/2022).
Dalam pemaparan di hadapan para akademisi dari berbagai perguruan tinggi tersebut, Kang Giri, sapaan akrab Sugiri Sancoko, merinci satu demi satu strategi pengelolaan keuangan yang dilakukannya bersama Wabup Lisdyarita pada 2021 dan 2022. Di antaranya adalah program Dana RT yang menjadi salah satu unggulan dan diyakini bisa mendorong kemajuan Ponorogo secara signifikan.

Dijelaskannya, program Dana RT menjadi andalan karena diyakini akan menyentuh langsung berbagai persoalan masyarakat langsung pada masalahnya. Mulai dari problema sampah, biopori, permodalan usaha mikro kecil para ibu, sampai pada penyediaan wifi di tingkat RT yang akan mendorong percepatan ekonomi sebagai bentuk antisipasi perubahan menuju era digital.
Pemaparan berikutnya adalah soal pembangunan infrastruktur pariwisata. Mulai dari pembangunan waterfountain di Telaga Wisata Ngebel, pembangunan museum peradaban di Gunung Gamping Sampung hingga pengusulan Reog sebagai daftar ICH di UNESCO.
“Kami sadar dari pintu tol Madiun maupun JLS (Jalur Lintas Selatan) masih agak jauh. Tapi kami harus meningkatkan jumlah wisatawan yang datang sehingga harus ada pemikat,” ulasnya.

Menggalakkan pariwisata adalah jurus agar bisa menggerakkan ekonomi di bidang perdagangan. Porsi perdagangan memang sedang berusaha ditingkatkan secara luar biasa pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemkab Ponorogo. Selama ini perdagangan sudah menempati porsi kedua dalam PAD Ponorogo di bawah pendapatan dari pajak daerah.
“Sehingga ingin kami dorong agar perdagangan yang berasal dari sektor pariwisata meningkat tajam. Ketika pariwisata meningkat, kita harap pajak dari sektor ini juga meningkat. Ada kuliner, cinderamata, hotel, restoran dan sebagainya,” jelasnya.
Pendidikan dan kesehatan, lanjutnya, juga akan mendapatkan perhatian lebih. Terutama pelaksanaan program Kejar Paket A, B dan C untuk warga yang berusia lebih dari 50 tahun. Sebab, ternyata lama pendidikan warga usia inilah yang membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Ponorogo terganjal. Ia yakin dengan berbagai program yang ada bisa membuat IPM Ponorogo meningkat.
Secara kepemimpinan, ia menjelaskan pentingnya kepemimpinan gotong royong. Model ini telah diterapkannya di tahun pertama dirinya menjabat bupati. Dengan gotong royong, hello effect atau efek positif awal di era kebupatiannya mulai tampak hasilnya. Yaitu dengan telah dilaksanakannya face off di jalan HOS Cokroaminoto yang dibangun dengan APBD yang minim namun bisa selesai dengan baik sebab ditopang oleh banyak elemen masyarakat dengan semangat kegotongroyongan. (kominfo/dist)