DIAM-DIAM Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko punya keterikatan kuat dengan Masjid Jami Tegalsari di Kecamatan Jetis. Kang Bupati (KB) kerap datang pada waktu malam berbaur dengan jamaah yang lain. ‘’Itikaf di masjid membuat hati tenang,’’ kata KB di sela-sela menghadiri undangan Gerakan Karya Bakti 1000 Masjid yang dihelat Kodim 0802/Ponorogo, Kamis (7/4/2022).
KB mengartikan itikaf sebagai berdiam diri di dalam masjid dengan menjauhkan pikiran dari keduniaan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Orang nomor satu di Ponorogo itu merasakan suasana tenang dan sejuk ketika berada di salah satu masjid tertua di Indonesia yang didirikan sekitar abad ke-18 itu. Masjid Jami Tegalsari adalah peninggalan Kiai Ageng Hasan Besari, seorang ulama besar yang hidup sekitar tahun 1742 pada zaman pemerintahan Pakubuwono II.
“Ornamen bangunan Masjid Tegalsari memiliki makna yang dalam, jamaah akan merasakan ketenangan,” jelasnya.
Ayah dari Jian Ayune Sundul Langit itu mengungkapkan, Masjid Tegalsari menjadi pusat penyiaran agama Islam terbesar pada zamannya. Di masjid itu pula berdiri Pesantren Tegalsari yang amat tersohor dan mempunyai ribuan santri. Di antara santri-santrinya ada nama pujangga Jawa yang masyhur Raden Ngabehi Ronggowarsito dan tokoh pergerakan Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto.
“Sejarah besar ada di sini (Masjid Tegalsari),” terangnya.
KB ingin memugar makam Kiai Ageng Hasan Besari yang berada di sebelah barat Masjid Jami Tegalsari. Dengan begitu dapat menampung peziarah lebih banyak. Seyogianya lokasi makam pendiri Masjid dan Pesantren Tegalsari itu tidak terkunci hingga peziarah leluasa datang setiap waktu.
“Akan menjadi jujugan wisata religi,” ungkapnya. (kominfo/win/hw)