MENAKAR derajat kesehatan masyarakat itu bermula sejak seorang ibu mempersiapkan kehamilan. Isu kesehatan ibu dan anak menjadi sorotan pemerintah beberapa tahun terakhir. Sebab, Kementerian Kesehatan sempat mencatat kasus stunting di Indonesia mencapai 27,67 persen pada 2019 lalu.
Pemerintah akhirnya pasang target angka balita kekurangan gizi akut itu turun drastis harus di bawah 14 persen pada 2024 mendatang. Persoalan muncul tatkala ibu hamil yang mengalami anemia. Kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen sehingga mengakibatkan penderita pucat dan mudah lelah.
‘’Kalau dibiarkan berlarut, kondisi pada ibu hamil seperti ini akan berimbas pada perkembangan janin,’’ kata Lis Suwarni, Kepala Sub Koordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakatdi Dinas Kesehatan (Dinkes) Ponorogo, Selasa (19/4/2022).
Menurut dia, dinkes berupaya melakukan pendampingan sedari remaja putri hendak menikah, ibu hamil, hingga pascamelahirkan. Siklus stunting umumnya berawal dari status gizi yang kurang baik pada remaja putri sehingga berpengaruh saat hamil. Kekurangan gizi itu lumrahnya disebabkan anemia pada ibu hamil yang ikut berpengaruh pada saat kelahiran.
‘’Tentu ini akan mempengaruhi malnutrisi yaitu stunting,’’ jelasnya.
Lis Suwarni menerangkan, anemia pada ibu hamil dapat disembuhkan dengan cara penanganan yang tepat. Dinkes sejak beberapa tahun lalu menjalankan program pemberian tablet tambah darah. Selain itu, menyikapinya dengan pemenuhan asupan gizi seimbang pada ibu hamil. Sebab, dampak anemia pada kehamilan cukup serius berupa risiko infeksi, gangguan pertumbuhan janin, potensi bayi prematur, hingga pendarahan pascamelahirkan.
‘’Kami jugaserius menekan angka kematian ibu dan bayi,’’ jelasnya. (kominfo/win/hw)
Credit foto: mediatani