TINGGINYA tingkat kematian sapi perah di Kecamatan Pudak mengundang tim ahli Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates datang ke Ponorogo. Seorang dokter hewan dan tiga paramedis dari Jogja itu segaja mengambil sampel organ dalam sapi yang mati dengan dugaan awal akibat serangan penyakit mulut dan kuku (PMK).
‘’Bahan uji laboratorium untuk menemukan faktor penyebab kematian,’’ kata Roiin Umayya, dokter hewan di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Pudak, Kamis (23/6/2022).

Menurut dia, organ dalam sapi yang diboyong ke Jogja itu terdiri jantung, paru-paru, dan retikulum. Tim mengambil sampel secara acak sapi mati di Desa Pudak Kulon, Pudak Wetan, dan Krisik. Bersamaan itu, perlu wawancara dengan peternak sesuai kuisoner.
‘’Pertanyaaan seputar tanda-tanda klinis PMK. Uji sampel organ dalam untuk menemukan penyakit lain, kalau memang ada,’’ jelasnya.

Hasil uji laboratorium diperkirakan baru keluar dalam beberapa hari ke depan. Toleransi tingkat kematian hewan ternak akibat serangan PMK di bawah 5 persen. Namun, mortalitas sapi perah di Kecamatan Pudak melebihi persentase itu. Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates akhirnya menurunkan tim ke Ponorogo.
‘’Apakah ada penyebab kematian lainnya. Harapan semua pihak kondisi membaik dengan tingkat kematian menurun,’’ ungkapnya.
Seperti diberitakan, morbiditas (tren tingkat yang sakit) sapi yang terjangkit PMK di Kecamatan Pudak tergolong tinggi. Tingkat kematian juga tidak kalah tingginya. Bahkan, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko sengaja boyongan kantor di Kecamatan Pudak agar dapat mengambil keputusan lebih cepat untuk upaya penanggulangan bencana kematian hewan ternak itu. (kominfo/win/hw)