LEMBAGA pendidikan di Ponorogo berperan sebagai agen kebudayaan. Tidak sulit mencari peserta lomba mocopat maupun karawitan setingkat SD, SMP, dan SMA. Pun, sebagian besar sekolah memiliki grup reog. Tercatat 33 SD , 54 SMP, dan 11 SMA ambil bagian dalam lomba mocopat yang berlangsung dua hari, Sabtu (6/8/2022) hingga Minggu (7/8/2022). Masing-masing menyertakan peserta di kelompok putra serta putri. Sedangkan peserta lomba karawitan diikuti 12 SD, 13 SMP, dan 7 SMA.
“Menjadi agenda rutin setiap tahun bersamaan Grebeg Suro. Lomba kerawitan sudah berlangsung sejak 2004,” kata Sindu Parwoto, ketua penyelenggara kepada ponorogo.go.id.
Pihaknya sengaja mendatangkan juri dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur untuk menilai peserta lomba mocopat. ‘’Kalau juri lomba karawitan terdiri akademisi dari ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta,’’ imbuh ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Ponorogo itu.

Terpisah, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menjelaskan bahwa Pemkab Ponorogo ingin membentuk kalangan pelajar sebagai kader budaya. Kesenian reog, mocopat, dan seni karawitan selama ini sudah menjadi muatan lokal ekstrakurikuler di sekolah. ‘’Generasi muda tidak hanya pintar secara intelektual, melainkan juga harus unggul secara moral dan berbudaya,’’ jelas Kang Bupati –sapaan Bupati Sugiri Sancoko.
Menurut Kang Bupati, lomba mocopat dan karawitan setiap tahun bukan semata melestarikan kesenian daerah. Namun, lebih bertujuan pembentukan karakter. Produk pemuda masa depan adalah individu yang berbudaya, bersikap santun, lembut, dan indah. ‘’’Dan yang paling penting adalah jadi pemuda yang hebat,’’ pungkasnya. (kominfi/win/hw)