GELAR budaya yang masuk rangkaian Grebeg Suro 2022 dan Hari Jadi ke-526 Kabupaten Ponorogo layak menjadi karnaval bertaraf nasional. Tuan rumah kaya dengan beragam jenis kesenian. Magnet kuat budaya di Ponorogo itu membuat sejumlah daerah menyertakan duta kesenian.
Masyarakat memenuhi sepanjang rute pagelaran budaya mulai Jalan HOS Cokroaminoto, Jalan Jenderal Sudirman, hingga red carpet (karpet merah) di depan Paseban Alun-Alun Ponorogo, Kamis (11/8/2022). Kesenian khas Ponorogo yang terdiri gajah-gajahan, unto-untoan, penari keling, dan jaran thik berada di barisan parade budaya itu.

Gelar budaya ditandai penyerahan pecut Samandiman dari Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko ke tokoh reog Klono Sewandono. Penampilan para prajuri berbusana era Kadipaten Ponorogo dulu menjadi bagian dari upacara pembukaan. Kang Bupati –sapaan Bupati Sugiri Sancoko– mengungkapkan, gelar budaya itu bukan sekadar parade. ‘’Pembuktian bahwa Ponorogo memiliki potensi budaya yang besar. Bukan hanya reog, tetapi juga kesenian lain yang tidak kalah hebat,’’ unglapnya.
Pihaknya akan mengakomodir kesenian asli Ponorogo. Menjadi sebuah kewajiban melestarikan budaya warisan leluhur yang memiliki kearifan dan nilai adiluhung. Di antara kesenian asli selain reog yang mulai jarang naik pentas adalah musik odrot, kongkil (mirip angklung), dan gong gumbeng. ‘’Menjadi kewajiban melestarikannya untuk generasi mendatang agar memiliki sikap takzim dan bijaksana,’’ jelasnya.
Gelar budaya di Ponorogo semakin berwarna dengan pementasan tarian Payutra dari Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta. Bersamaan itu, ada suguhan tari Topeng Ireng
dari Boyolali, sendra tari Ramayana (Sragen), Bregada Prajurit (Jepara), tari Ken Dedes Murup (Kabupaten Malang), tari Kethek Ogleng, serta tarian kolosal Sabdo Palon Noyo Genggong dari Karanganyar. Pertunjukan barongsai dan seni hadrah juga ikut memeriahkan gelar budaya itu. (kominfo/fad/hw)