SIAPA sangka ada penghuni tetap di Puncak Liman, titik tertinggi Gunung Wilis? Ya, Hamzah, laki-laki paro baya yang sejak 30 tahun lalu kerap menyepi pada ketinggian 2.563 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu. Gibran Cahyaning Pangeran, putra bungsu Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, sempat bertemu dengan Hamzah di Puncak Liman.
Hamzah menempati gubuk sederhana berdinding kayu dengan atap terpal. Layaknya seorang ‘’juru kunci’’, Hamzah menetap di Puncak Liman selama hitungan hari bahkan minggu. Butuh kemandirian dan kesabaran saat menetap di puncak gunung yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan manusia. ‘’Melakukan semuanya secara mandiri. Sabar menampung air hujan untuk keperluan minum dan memasak,’’ ungkap Hamzah seperti dikisahkan oleh Gibran.
Hamzah selama ini mendaki Puncak Liman dari jalur Sedudo kabupaten Nganjuk. Dia hanya membawa bekal bahan makanan seperlunya. Puncak Liman secara geografis masuk wilayah Ponorogo. Selain tujuan menyepi dan menyendiri, Hamzah mengaku ingin menjaga kelestarian puncak Gunung Wilis. ‘’Selalu berpesan ke pendaki agar tidak membuang sampah sembarangan dan menghindari kebakaran hutan,’’ ujarnya.
Gibran berombongan naik ke Puncak Liman dengan jumlah 15 pendaki. Banyak pengalaman berharga didapat dari pendakian lewat jalur yang belum sepenuhnya dibuka untuk umum itu. Pelajaran tentang kesabaran dan kemandirian juga ditunjukkan oleh Hamzah, ‘’juru kunci’’ Wilis. (kominfo/win/hw)