MONUMEN Reog Ponorogo yang menjulang setinggi 126 meter bakal menjadi karya arsitektur yang ikonik. Pemkab Ponorogo dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Timur sengaja menyayembarakan desain monumen yang akan berdiri di atas perbukitan kapur kawasan Sampung itu. Ada nama arsitek kawakan Eko Prawoto di deretan dewan juri bersama Gayuh Budi Utomo, Ketua IAI Jatim.
Pun, Direktorat Kerjasama Pengelolaan Usaha (DKPU) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ikut terlibat dalam kepanitiaan sayembara itu. Wawan Ardiyan Suryawan, team leader DED di DKPU-ITS, mematok syarat desain Monumen Reog Ponorogo harus menggambarkan barongan macan dan dadak merak. Fasad bangunan wajib menandakan bentuk reog. ‘’Juga memperhitungkan kekuatan struktur bangunan karena berada di ketinggian bukit,’’ kata Wawan kepada PNG.go.id, Selasa (30/8/2022).
Selain itu, panitia memproyeksikan Monumen Reog Ponorogo menjadi landmark nasional. Sebab, tinggi bangunan melebihi patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali yang hanya 121 meter. Berat GWK yang berbahan tembaga itu sekitar 754 ton. ‘’Monumen reog menjadi simbol sejarah peradaban Ponorogo,’’ terang Wawan.
Menurut dia, tercatat 45 tim yang sudah mendaftar ikut sayembara desain Monumen Reog Ponorogo. Pendaftaran bakal ditutup 7 September 2022. Panitia akan mengumumkan nominator berikut memamerkan karya desain para pemenang sayembara berhadiah total Rp 175 juta itu. ‘’Kalau sudah ada pemenang, desainnya akan dituangkan dalam DED (detail engineering design),’’ ungkapnya. (kominfo/win/hw)