TABIAT cuci tangan muncul jauh-jauh hari sebelum corona virus disease (COVID) mewabah 2019 lalu. Sebanyak 120 juta anak di seluruh dunia mencuci tangan dengan sabun di lebih dari 70 negara pada 15 Oktober 2008 sehingga diperingati sebagai Hari Cuci Tangan Sedunia. Jutaan anak-anak itu ingin mengadvokasi cuci tangan dengan sabun sebagai cara yang mudah, efektif, dan terjangkau untuk mencegah penyakit sekaligus menyelamatkan nyawa.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Ponorogo merilis data menggembirakan bahwa tingkat persentase rumah tangga dalam mencuci tangan mencapai 90 persen lebih. Kabid Kesehatan Masyarakat di Dinkes Ponorogo Teguh Dwi P meyakini bahwa kebiasaan itu bukan sekadar membasahi tangan dengan air. Namun, membersihkan telapak dan punggung tangan berikut 10 jari dengan sabun dari air yang mengalir.
‘’Berkat gencarnya sosialisasi gerakan mencuci tangan saat wabah Covid-19 beberapa waktu lalu untuk menghindari penyebaran virus. Kesadaran masyarakat akan kebersihan tangan sudah lebih baik,’’ kata Teguh kepada PNG.go.id, Sabtu (15/10/2022).
Menurut dia, tangan adalah perantara masuknya berbagai bakteri ke dalam tubuh. Kebiasaan mencuci tangan dengan baik dan benar adalahsalah satu tindakan yang mudah untuk mencegah penyebaran penyakit. ‘’Tangan merupakan inang (dalam ilmu biologi diartikan sebagai organisme penampung) yang sempurna bagi bakteri dan virus untuk menyebabkan penyakit menular,’’ terangnya. (kominfo/fad/hw)