PERAN guru amatlah vital dalam dunia pendidikan. Tanpa teknologi, pendidikan masih dapat berjalan. Sebaliknya jika tanpa guru, dunia pendidikan akan pincang dan berjalan di tempat. ‘’Guru adalah subjek utama pendidikan. Dengan guru yang baik, pendidikan yang bermutu akan tercapai,’’ kata Wakil Ketua Persatuan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Ponorogo Ruskamto saat merefleksi Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT ke-77 PGRI 25 November 2022.
Ruskamto sempat menyitir statemen Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PGRI Unifah Rosyidi bahwa guru adalah aktor utama dalam pendidikan yang kehadirannya tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Namun, peningkatan kualitas pendidikan nasional sejatinya tergantung pada banyak hal. Terutama mutu tenaga gurunya. ‘’Kesejahteraan dan penghargaan terhadap guru yang secara umum masih jauh dibandingkan profesi lain menyebabkan profesi guru kurang diminati anak-anak muda,’’ terangnya.

Kendati begitu, PGRI Ponorogo mencatat jumlah anggota yang mencapai 11.800 orang per-2021 lalu. Dari belasan ribu guru itu, 5.600 di antaranya berstatus aparatur sipil negara (ASN). Sedangkan 6.200 sisanya adalah guru honorer. Muncul problem tersendiri, kata Rusmanto, ketika pemerintah pusat menghapus keberadaan guru honorer. ‘’Setiap tahun ASN guru yang pensiun di Ponorogo berjumlah sekitar 400 orang. Beberapa sekolah mengalami kekurangan guru,’’ jelasnya.
Menurut Ruskamto, persoalan itu sedikit teratasi setelah Ponorogo mendapat formasi 1.400 pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) guru. PGRI selama ini juga getol meningkatkan kompetensi tenaga pendidik melalui workshop penguasaan teknologi. ‘’Dengan guru yang cakap literasi dan menguasai teknologi, pendidikan akan berlari lebih kencang dan melesat mengantarkan anak bangsa meraih cita-cita mereka,’’ ungkapnya. (kominfo/win/hw)