SELAIN penggunaan pupuk organik, petani juga perlu belajar merekayasa mikroorganisme yang bermanfaat dalam pertanian. Orang kebanyakan menyebutnya dengan mikroorganisme lokal (MoL). ‘’Dalam pembuatan MoL, bahan yang digunakan harus memenuhi tiga komponen. Yaitu, karbohidrat, glukosa, dan sumber bakteri,’’ kata Lisa Nafitasari dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang.
Lisa juga menjadi pemateri Sekolah Lapang Tematik Genta Organik di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Jetis. Kegiatan yang berlangsung tanggal 4-6 April 2023 tersebut meliputi materi dan praktik langsung membuat pupuk organik padat, mikroorganisme lokal (MOL), biosaka, dan pengembangan agensi hayati.
Menurut Lisa, MoL bersifat spesifik lokal yang artinya pemanfaatan bahan-bahan harus berasal dari lingkungan sekitar lokasi pembuatan dan pemanfaatannya. Fungsi dari MoL adalah sebagai pupuk cair serta sebagai starter kompos (mempercepat penguraian).
Lisa juga menyampaikan bahwa salah satu cara memecahkan masalah kesuburan tanah dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) adalah dengan pengembangan agensi hayati. Agensi hayati adalah sebutan untuk musuh alami dari hama dan penyakit yang menyerang tanaman pertanian, berupa mikroorganisme, jamur, atau bakteri dan predator. ‘’Kelebihan dari agensi hayati adalah bersifat selektif, yaitu hanya menyerang ke sasaran OPT dan tidak akan menyerang organisme yang bermanfaat bagi tanaman, tanpa efek samping, tidak menimbulkan resistensi OPT sasaran, serta relatif murah,’’ paparnya.
Lisa menerangkan bahwa selain memiliki berbagai kelebihan yang ada, agensi hayati juga memiliki kekurangan. Yaitu, sistem kerja yang lambat karena membutuhkan waktu untuk pertumbuhannya. Selain itu, agensi hayati lebih optimal untuk pencegahan dan bukan pengobatan. ‘’Ini menjadi tantangan petani untuk lebih telaten dan mengurangi berpikiran instan,’’ ungkapnya. (dipertahankan/kominfo)