MENTERI Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mendukung penuh agar Reog Ponorogo mendapat legimitasi sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh UNESCO. Muhadjir menggelar jumpa pers terkait pengajuan Reog Ponorogo ke UNESCO itu di Kantor Kemenko PMK, pada Kamis (24/8).
Menurut dia, berbagai rintangan telah dilalui termasuk persyaratan-persyaratan tersisa yang diminta UNESCO. Tanpa kecuali, persoalan yang mengganjal dalam penilaian terkait indikasi penggunaan bulu burung merak dan kulit harimau. “Dua persoalan itu saya pikir sudah clear. Sudah dijelaskan oleh Pemkab Ponorogo kepada UNESCO,” ujar Muhadjir.
Dia menjelaskan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo sudah memberikan klarifikasi bahwa bulu merak berasal dari burung hasil penangkaran. Sedangkan kulit kambing menjadi alternatif penggunaan kulit harimau yang dibentuk sedemikian rupa oleh perajin reog.

Muhadjir juga mengatakan, ekosistem Reog Ponorogo telah terbentuk dengan baik yang merupakan hasil dari upaya Pemkab Ponorogo dan masyarakat setempat. Mulai dari pendidikan, event, kerajinan, hingga peternakan merak sebagai pemasok bulu untuk kerajinan reog. Dalam proses sosialisasi, Reog Ponorogo juga telah dibangun melalui sistem kurikulum pendidikan sejak dini dari jenjang sekolah dasar hingga menengah. Anak-anak di sekolah telah mendapatkan pengajaran mengenai kesenian reog hingga praktik penggunaannya dalam pagelaran. “Secara ekosistem sudah terbentuk dengan rapi, itu alasan kami berani mengusulkannya ke UNESCO,” terang Muhadjir.

Untuk mendukung dan mendorong pengusulan Reog Ponorogo sebagai WBTB UNESCO tersebut, Kemenko PMK telah menginisiasi kegiatan Pawai Budaya Reog Ponorogo yang akan digelar pada Minggu, 27 Agustus 2023, pukul 08.00 WIB. Pawai itu akan dimulai dari Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan kemudian melalui rute Jalan Medan Merdeka Barat hingga berakhir di kantor Kemenko PMK.
Pawai Budaya Reog Ponorogo beserta seni budaya lainnya tersebut sekaligus diadakan dalam rangka menyemarakkan HUT ke-78 Republik Indonesia dan bentuk aksi nyata Gerakan Nasional Revolusi Mental yang merupakan program pemerintah dengan koordinasi Kemenko PMK.

Pawai akan turut dimeriahkan oleh kurang lebih 1.000 peserta dengan berbagai penampilan kesenian, baik yang sudah merupakan Warisan Budaya Tak Benda UNESCO (Tari Bali, Pencak Silat, Tari Saman, dan Angklung), juga menghadirkan Gerakan Minum Jamu Bersama yang mana jamu segera akan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda, serta penampilan para perempuan ber-Kebaya, dan Musik Dangdut yang juga akan diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Selain itu, pameran pariwisata Nusantara dan produk kreatif. Yang tak kalah penting adalah penyerahan dokumen pengajuan WBTB Reog Ponorogo secara simbolis dari Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko kepada Menko PMK yang selanjutnya diserahkan kepada Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek. (humas kemenko PMK)